Setelah
3 tahun menetap di Bandarlampung kehidupan gue tentu berbeda tidak seperti
layaknya di Bekasi. Kehidupan ini yang dimaksud adalah keseharian dan aktivitas
gue sehari-hari, selain bekerja menjadi Operator di Perusahaan Listrik Negara
gue juga kuliah di salah satu Perguruan Tinggi di Bandarlampung. Semester 3
yang sedang gue jalani saat ini masih belum sulit memang ketimbang mengingat
kenangan manis bersama dia…
Masa
SMK gue dulu adalah masa-masa yang menurut gue masa yang paling seru, keseruan
yang gue dan temen-temen buat masih terasa bila melihat foto jaman dulu ketika
kita masih berpakaian seragam putih abu-abu, karna hanya sebuah foto yang bisa
menyembuhkan sedikit rasa kangen gue ke mereka. Cerita cinta ketika SMK belum
lumrah rasanya jika tidak diceritakan, namun tulisan ini masih belum bisa
mewakili rasa rindu gue dengan kenangan manis bersama dia. Aneh rasanya jika
perasaan ini tiba-tiba hilang begitu saja, karna semua cerita kita di SMK
cerita yang sangat penting buat gue. Walaupun gue bukan siapa-siapanya
melainkan hanya sahabat…
Saat
ini gue Kuliah mengambil jurusan Sistem Infomasi dengan tujuan supaya gue lebih
memahami ilmu Komputer dan Sistem Managementnya. Selain memahami jurusan yang
gue ambil gue juga belajar memahami sikap orang-orang disini bisa dibilang
beradaptasi sama tempat baru dan orang baru.
……………
Sore
itu setelah pulang kerja gue langsung ke Kampus, karna gue kuliah mengambil
waktu ekstensi dan di saat itu gue sudah mulai belajar di hari pertama..
“Hai, gue Indah lo Maba ya?” Perempuan yang
berbadan jangkung dengan berpakaian blouse
dan rok pendek ini menghampiri gue yang sedang naik ke tangga untuk mencari
kelas.
“E..ehh iya gue Maba jurusan Sistem Informasi Ka,
hmm lo kenal gue sebelumnya?” Pertanyaan dia yang sudah membuat jantung gue
kaget karna sapaannya yang mendadak.
“Gausah manggil Kaka, gue juga Maba kok dan gue
juga jurusan Sistem Informasi. Lo mau ke kelas 302 ya? Bareng yuk gue bingung
nih kelasnya yang mana” Ucapnya dengan
senyuman yang mengajak.
“Ohh i..iya ayo kita ke lantai 3 ya, karna
sebelumnya gue udah nanya ke Satpam” Bales gue dengan memberikan senyuman juga.
Ketika gue dan Indah menginjak anak tangga untuk
menuju ke lantai 3, gue masih penasaran dengan pertanyaan yang belum sempet dia
jawab.
“Eh Ndah gue mau nanya nih” Sambil menghadap ke
arahnya.
“Nanya apaan? ” Wajah bingungnya terlihat sekali
ketika gue tiba-tiba bertanya disaat menaiki anak tangga.
“Hmm.. lo kenal gue sebelumnya? Gue kaget aja lo
tiba-tiba manggil gue, sedangkan gue disini orang baru” Pertanyaan polos gue
yang saat itu membuat gue ragu untuk
masuk ke kelas.
“Hahahaha gue kira lo mau nanya masalah apaan. Gue
belum kenal lo sebelumnya, nama lo aja gue gatau” Sekarang wajah bingungnya
berganti dengan tawa yang sangat membahagiakan.
“ Oh hahahaha gue kira lo kenal gue, eh iya kenalin nama gue Seri Ezra lo panggil aja
gue Ezra. Gue disini baru pindah makanya gue sempet shock kalo lo tadi tiba-tiba
negor gue” Ucap gue sambil tertawa geli karna pertanyaan yang memalukan itu.
“Hahaha emangnya harus kenal dulu baru ditegor
Zra? Oh ya, Lo pindahan dari mana emangnya? ”
“Hehehe gak juga sih, pindahan dari Bekasi dan gue
udah setahun disini cuma baru masuk Kuliah aja” Jawab gue datar.
Tak terasa anak tangga yang gue dan
Indah naiki sudah berada di lantai 3 dan kami memasuki kelas 302. Semester 1
disaat itu menurut gue sesuatu yang kaku karna gue baru merasakan lagi Sistem Pembelajaran
setelah setahun hanya memfokuskan ke karir, dan di saat itu cuma Indah temen
yang selalu bersama gue. Indah teman yang baik, dia selalu berbagi cerita
tentang kejadian yang menurut gue gak penting tapi dia selalu membuat cerita
itu menjadi lucu. Selain Kuliah dia juga bekerja di salah satu Bank Negara
Indonesia sebagai Administrasi Kartu Kredit. Belum sampai semester 2 dia sudah
tidak melanjutkan Kuliah lagi, memang sih setiap dia masuk kelas dia sering
terlambat bahkan sering kali tidak masuk kuliah karna beberapa dosen tidak
memperbolehkan masuk lewat dari 15 menit. Itu alasan dia untuk tidak melanjutkan
perkuliahan. Setelah mengetahui Indah tidak melanjutkan perkuliahan sebelumnya
dia sudah berencana dan pamit ke gue.
“Zra boleh masuk gak ya?” Sosok dibalik pintu kayu
yang hanya menampilkan wajahnya dibalik kaca bening.
“Hah? Gatau, gue coba tanya ya” Balas gue dengan
suara pelan.
“Maaf Pak, ada teman saya yang ada di depan kelas
dia terlambat karna baru keluar kantor. Apa boleh masuk Pak?” Nada canggung gue
ke Dosen yang waktu itu juga datang terlambat.
“Ya boleh suruh masuk aja!” Ujar Dosen berambut
klimis ini yang waktu itu sedang mencari buku Absen didalam tas nya.
“Baik Pak, terima kasih” Segera gue membuka pintu
kelas yang sebelumnya sudah terkunci.
“Makasih ya Zra” Memasang muka yang pucet dan
berkeringat karna sudah berlari ke lantai 3 dengan terburu-buru.
“Iya sama-sama Ndah, kalo misalkan lo lembur lo
ijin aja sama Dosennya biar nanti surat lemburnya nyusul” Dengan nada suara
yang berbisik-bisik.
“Iya Zra, tapi kayaknya gue gak ngelanjutin Kuliah
lagi deh lo liat sendiri kan tadi? Mungkin gue nyari Universitas Terbuka yang
hanya online di setiap pertemuannya” Ucap dia sambil mengeluarkan Binder
yang ada di tas merahnya.
“APA??! Lo bakal pindah Kuliah dong Ndah?? Kita
gak bakal ketemu lagi dong?? Kali ini suara gue yang berbisik menjadi suara
yang mengganggu Mahasiswa di kelas dan Dosen…
“Sssttt….. !!! Kalo mau ngobrol lebih baik di
dekat kolam Kampus saja!” Ujar Dosen dengan menatap tajam ke arah mata gue.
“E..eh iya maaf Pak saya kaget tadi” Muka panik
yang gue tampakkan waktu itu.
Seketika Mahasiswa di kelas itu menertawakan sikap
aneh gue yang mendadak kaget.
“Ya enggaklah Zra gue kan masih bisa BBM lo,
dan gue gak pindah kayak lo yang dari Bekasi-BandarLampung kok. Jadi, lo gausah
kaget” Tawa Indah bergumam sambil memegang bahu kanan gue.
“Hmm iya Ndah” Jawab gue lirih.
Perpisahan, kata yang sering gue denger dan gue
rasain. Yups! Gue merasakan perpisahan lagi, temen yang membuat gue tertawa
setiap hari nya sekarang sudah tidak ada di samping dan disaat gue kuliah.
Entah disaat itu gue kangen sama sahabat-sahabat gue yang di Bekasi…
Tapi,
kejadian ini membuat gue dewasa karena setiap kalinya kita bertemu dengan
seseorang kita harus menerima resiko untuk meninggalkan dan ditinggalkan.
Namun, kita jangan sedih kalau kehilangan seseorang. Soalnya kita tahu seberapa
pentingnya orang itu buat kita. Sudah
2 tahun setengah gue menjalani perkuliahan, merasa ada sesuatu yang lama tapi
muncul kembali contohnya temen sekolah gue Dika, yang dulu duduk di bangku SMK Yadika13
Tambun sekarang menjadi kaka tingkat di kampus gue, yaa… itu disebabkan karna keterlambatan gue dalam
masuk kuliah.
Pukul
20.30 waktu gue keluar dari kelas setelah mata kuliah selesai gue langsung ke
arah Parkiran Kampus dan disitu gue bertemu temen gue Dika yang selama ini gue
amati dari jauh karna muka yang gak asing. Sebelumnya gue udah penasaran ketika
gue baru masuk di Kampus ini, dia yang foto-in gue ketika pembuatan Kartu
Tanda Mahasiswa . Dan akhirnya rasa penasaran gue sudah terbayar….
“Lu Handika
ya temen sekolah gue yang di Yadika?” Sambil menunjuk dengan memasang muka yang
masih ragu.
“I..iyaa gue Dika, lu Seri yang dulu anak basket itu
bukan?” Dengan muka yang menyakinkan.
“Bener.. bener waah apakabar Dik? Gimana ceritanya
bisa di Lampung ini?” Mulai membuka obrolan.
“Gue pindah Ser kesini rumah gue di daerah Sukabumi,
kalo lu gimana kok bisa ke Lampung juga?” Balasnya dengan penasaran.
“Gue juga pindah sekeluarga kesini Dik karna bokap
gue yang udah pensiun dan kami sekeluarga memutuskan untuk pindah kesini,
lagipula saudara banyak yang tinggal disini termasuk Opung gue Dik” Cerita gue
sekenanya
“Oh begitu, trus lu tinggal dimana Ser?”
Melanjutkan pertanyaan.
“Gue tinggal di Sukabumi dik Perumahan Nusantara,
tau gak?”
“Oh disitu, iya iya gue tau kok rumah gue juga
daerah situ” Balasnya dengan semangat.
Setelah berbincang-bincang, jam 9 malam tak terasa
disaat itu… Gue dan Dika pulang dengan arah yang bersamaan.
Tidak dengan Dika temen seangkatan gue
dulu, Shella adik kelas gua pun juga sudi untuk masuk ke Kampus sang juara ini.
Kejadiannya karna dia satu Ospek dengan gue, yaa ini karna gue dapet gelombang
3 alhasil gue dan sebagian temen gue ikut Ospek dengan anak Maba. Rasa kaget
gue udah jadi biasa saja karna mereka bukan orang yang spesial dalam hidup gue.
Berarti
ada orang yang spesial dong? Iya ada,
ini gue yang nanya gue juga yang ngejawab.Hmm oke! Orang spesial itu datang
lagi ehhh bukan maksudnya ada orang yang mirip dengan orang spesial yang selama
ini ngebuat hati gue gak kembali lagi, mungkin nanti kalo udah ada uang receh….
Astaga dia kesini?? Apa gue gak salah
lihat?? Kenapa wajahnya mirip sekali sama orang spesial yang gue harapkan untuk
menjumpai gue disini?
Pertanyaan dalam hati gue yang sangat membuat gue salah tingkah, ketika ada cowok yang sedang berjalan tepat di depan gue.
Pertanyaan dalam hati gue yang sangat membuat gue salah tingkah, ketika ada cowok yang sedang berjalan tepat di depan gue.
“Cowok itu jutek banget ya?” Tanya gue ke teman-teman
gue yang sedang asik mengobrol di depan perpustakaan.
“Yang mana Zra? Dari tadi kan yang lewat bukan
satu cowok aja” Salah satu teman menjawab dengan rasa penasaran.
“Yang pake kacamata dan jaket hitam tadi Nis”
Jawab gue yang masih penasaran sambil menggendong tas ransel yang ada
dipangkuan untuk masuk ke kelas.
“Duuuh enggak tuh kenapa emangnya Zra?” Pertanyaan
Nisa yang mengiringi langkah kami ke kelas.
“Hmm gak apa-apa Nis” Nyengir.
Mungkin
belum saaatnya gue cerita tentang orang spesial itu ke temen-temen kampus gue
yaa walaupun Annisa, Khoir, Ay, Marcel, Mbak Lusi, dan Mbak Rizky adalah temen
kelas gue yang sangat menghibur. Setelah Indah udah pindah dari Kampus mereka
lah pengganti dari Indah.
Setelah kami masuk kelas mata gue langsung tertuju
ke arah cowok yang berkacamata dan jaket hitam tadi…
Dia ada disini?? Cowok yang mirip
orang spesial itu ada disini?? Mana muka juteknya yang selalu dia bawa??
Pertanyaan dalam hati gue muncul lagi dan sekarang pikiran gue kalut saat itu antara senang dan kecewa. Senang karna rasa penasaran itu akan terbayar sedikit demi sedikit dan kecewa karna gue bakal inget dia terus.
Pertanyaan dalam hati gue muncul lagi dan sekarang pikiran gue kalut saat itu antara senang dan kecewa. Senang karna rasa penasaran itu akan terbayar sedikit demi sedikit dan kecewa karna gue bakal inget dia terus.
Hendry
Hartati (Nama disamarkan), yap! Itu adalah nama cowok yang gue maksud tadi. Cowok tingkat akhir
ini sekarang sekelas sama gue di mata kuliah Struktur Data mungkin dulu nilai
dia kurang makanya dia jadi sekelas sama gue atau ini yang dinamakan jodoh??
Panggil
saja Ka Hendry cowok berkacamata dan jaket hitam ini sebelumnya sudah
berkeliaran di sekitar Kampus. Dengan muka juteknya gue selalu melihat ketika
dia lewat di daerah parkiran Kampus. Rasa penasaran semakin terbakar setelah
gua sekelas sama dia, ternyata cowok jutek yang selalu mengingatkan tentang orang
spesial itu orangnya humoris dan enggak sejutek
seperkiraan gue. Hal ini membuat gue kalo sosok orang spesial itu muncul di
kehidupan gue, bukan hanya dari tingkah yang apa adanya tapi dari fisik dan
cara berpakaian pun bener-bener sama.
Semakin
hari gue semakin akrab dengan dia sampai-sampai lupa muka jutek yang selalu dia
tunjukan ke gue. Dan ini beberapa kejadian yang gue alami dengan Ka Hendry …
Ketika dia meminta tolong ke gue untuk mengerjakan
satu soal agar mendapatkan point yang sudah diberikan oleh dosen waktu itu.
“Heh, no 2 yang B lo tau gak caranya?” Sambil
mencolek punggung gue dengan ujung pulpen yang dari tadi menutupi pandangannya
ke papan tulis.
“Tau Ka, kenapa emangnya?” Pertanyaan polos gue
waktu itu, buat gue degdegan setengah mampus.
“Bantuin gue dong, gue juga mau maju biar gue
dapat point" Badan yang sebelumnya menyandar ke bangku dengan malas,
sekarang mencodongkan badannya ke arah gue. “Astagaaaa… Jantung gue rasanya
kayak lagi treadmill di speed yang paling kenceng!!”
Untungnya
gue gak bego-bego banget buat bantuin Ka Hendry ngerjain soal no.2 yaa walaupun
disitu Mbak Rizky ikut membantu.
Setelah
mengerjakan soal no.2 dan sudah yakin dengan jawaban yang dia dapat dengan
sigap Ka Hendry maju kedepan untuk mengerjakan, dan akhirnya usaha dia gak
sia-sia, Ka Hendry dapat point.
Rasa
kangen gue muncul lagi mengingat ketika orang spesial itu dulu meminta tolong
untuk mengerjakan tugas membuat surat dalam bentuk Bahasa Inggris.
“Ser, lo udah ngerjain tugas Bahasa Inggris?” Ucap
dia sambil menghampiri gue ke tempat duduk.
“Udah, lo udah belum?” Jawab gue dengan gerak-gerik
ingin membantu, karna disaat itu dia membawa buku dengan lembaran yang masih kosong.
“Belum, bantuin dong..” Memasang muka memelas dan mengambil
bangku meja belakang untuk duduk disebelah gue.
“Oh iya sini.. lo samain aja kata-kata nya tapi
tujuan suratnya ke Principal dan keterangan suratnya tentang permission
to use the school court” Sambil menyodorkan buku tugas Bahasa Inggris.
“Oh gitu ya? Yaudah gue coba kerjain deh, nanti
sebelum gue kasih ke guru nya lo liat dulu ya” Ucap cowok spesial ini yang saat
itu memakai seragam putih abu-abu ditambah dasi yang mengikat di lehernya.
Sangat rapih dan wangi.
Bukan hanya itu melainkan ketika gue memaksa Ka Hendri
untuk maju ke depan mengerjakan soal yang diberikan oleh dosen, awalnya dia
ragu mungkin karna ucapan gue yang ngebuat dia yakin dan dia langsung beranjak
dari tempat duduknya.
“Kaaa.. Maju ke depan sana! Lumayan dapat point
lagi” Teriakan kecil dari mulut gue yang
kebetulan Ka Hendry sedang duduk di bangku paling belakang.
“Ahh enggak ahh, gua rancu sama jawabannya” Dengan
memasang muka yang tak tertarik.
“Gue bantuin!” Jawaban sombong gue yang pada saat
itu ngebuat dia mau beranjak dari bangku yang tidak jauh dari tempat duduk gue.
Mati gue! Gue aja minta tolong ke Mbak
Rizky gimana mau ngebantuin Ka Hendry. Obrolan
yang didalam hati gue saat itu.
Disaat gue sibuk mencari jawaban buat Ka Hendry,
sepintas gue menengok ke arah Ka Hendry dan ternyata dia masih asik dengan Gadget
nya. Sementara itu gue sibuk mencari jawaban yang nanti nya akan gue kasih
ke Ka Hendry.
“Khoir, tolongin gue dong lo tau jawabannya gak?” Bertanya
dengan teman yang saat itu ada disamping tempat duduk gue.
“Tau Zra bukannya lo udah maju ke depan tadi?”
Pertanyaan yang ngebuat gue kalo gue ini serakah dalam nilai.
“Eng..Enggak ini buat Ka Hendry dia udah jawab
cuma agak rancu aja gue pengen dia nyocokin jawabannya sama apa enggak kayak
lo” Jawaban cepat yang sepintas ada di pikiran gue. Entah itu bener apa enggak.
Setelah Khoir memberikan jawaban yang menurut gue benar gue langsung membalikan
badan gue kearah bangku Ka Hendry.
“Kaa, gue udah ada nih jawabannya” Teriakan kecil
dari mulut gue kembali lagi. Sementara teman-teman di kelas sedang sibuk
mencari jawaban soal lainnya dan ada juga sedang maju untuk mencoba jawaban yang
mereka kerjakan.
“Bener gak tuh?” Sambil berjalan ke arah gue
ditambah raut muka yang masih tak percaya.
“Iya bener, lo maju Ka kan lumayan dapat point” Menyakinkannya
sambil menggenggam kertas yang penuh oretan dan jawaban.
“Oke gue maju, makasih ya” Berjalan menghampiri
tempat duduk dosen untuk mengambil spidol.
“Iya sama-sama Ka..” Balas gue singkat.
Akhirnya perjuangan gue untuk membantu Ka Hendry
gak sia-sia. Jawabannya benar dan Ka Hendry dapet point lagi.
Sama halnya juga ketika orang spesial itu maju ke
depan untuk pengambilan nilai Bahasa Inggris, hanya kata “ Semangat!” dari
tempat duduk gue sambil mengempalkan tangan tanda untuk dia yang sedang
berjuang.
“Gue udah di panggil nih doain ya” Cowok yang
berbadan semampai ini segera maju sambil menepuk pundak gue yang saat itu gue
sebangku dengannya.
“Wihh semangat ya!” Ucap gue singkat karna saat
itu hati gue yang deg-degan.
Moment singkat yang sulit terlupakan…
Untungnya
perasaan ini tidak terlalu dalam dengan Ka Hendry di tambah ada sang kekasih
yang masih mendampingi dia sampai sekarang ini. Hal ini sama dengan orang spesial
itu dulu,yang memperkenalkan cewek pilihannya ke gue. Gue kira hanya kejadian
senang saja yang sama, tapi kejadian yang menurut gue sedih gue alami juga.
Kejadian-kejadian
yang gue alami waktu itu seperti Dejavu dengan orang yang berbeda. Dan
kejadian itu pun sampai ke Ujian Akhir Semester ketika dia dari arah yang tidak
jauh dari tempat duduk gue, Ka Hendry menanyakan tipe soal yang gue dapat.
“Heh, tipe soal lo apa?” Suara berbisik sambil
membungkukan badannya agar tak terlihat oleh pengawas.
“Tipe A Ka, lo apa?” Berharap kalo pertanyaan yang
dilontarkan bukan tentang tipe soal.
“Yahh beda..” Posisi duduk kembali semula.
Hal ini ciri-ciri pertanyaan Mahasiswa
yang sudah tidak sanggup lagi menjawab soal yang dia dapat, dan ternyata tipe
soal kita berbeda. Raut muka yang sebelumnya penuh harap sekarang menjadi tak
bersemangat. Dan akhirnya, kita dapat melalui UAS dengan hati yang pasrah.
Setelah
UAS berakhir, berakhir juga kejadian gue dengan Ka Hendry. Tidak berakhir selamanya
memang, gue masih bisa mengobrol kapanpun kalo gue mau tapi gak seenak gue
pikir ternyata dia masih membawa muka juteknya itu ke khalayak ramai. Beda
sekali ketika dia berada di dalam kelas.
Kejadian
ini gue pikir-pikir seperti Matahari yang cuma numpang lewat begitu saja, mengingatkan
bagai menghangatkan lalu melupakan bagai menenggelamkan… Dan gue jadi mengerti bahwa beberapa orang
memang ditakdirkan untuk jatuh cinta, tapi tidak di takdirkan untuk bersama.
Namun itu bukanlah hal yang menyedihkan, karena kisah cinta sejati tidak akan
pernah berakhir.
Kenangan
bersama Ka Hendry sama hal nya dengan orang spesial yang datang lalu pergi, namun
beda nya kita sama-sama meninggalkan tapi tidak dengan gue dan orang spesial,
disini gue yang meninggalkannya dan berharap suatu saat nanti kita akan bertemu
dengan perasaan masing-masing. Dan Ini bisa jadi sebuah kejadian yang biasa.
Tentang sesuatu yang lama lalu muncul kembali dengan orang yang berbeda.
Sayangnya, di setiap cerita harus merasakan kehilangan lagi. Kehilangan yang
mungkin akan didapat ketika kita saling menemukan, bukan kita tapi antara gue
dan dia.
Seri
Ezra
03/02/2015
suggggoooooooiiiiii
BalasHapusmakasih suhu wkwk
BalasHapusciye ciyeee ��
BalasHapusEmang harus ciye yaa jeng ?��
BalasHapusDaleeeeem bgt daleeeem��
BalasHapussedalem cintamu padanya? ?
BalasHapus